Monday, 24 October 2011

4 Aspek Kepemimpinan Guru di Kelas

Kepemimpinan merupakan hal yang mutlak dalam tiap segi kehidupan. Dari kepemimpinan negara sampai kepemimpinan di dalam rumah tangga adalah hal yang bisa dan gampang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi di sekolah? Walaupun sudah jelas ada jabatan kepala sekolah serta sederet jabatan lain yang intinya adalah pemimpin para guru namun guru sebagai individu tidak bisa tidak harus juga punya aspek kepemimpinan.

Ada dua perbedaan nyata namun menariknya keduanya saling mendukung dan memberikan kontribusi yang sama bagi sekolah sebagai komunitas pembelajar yang professional. Silahkan membaca dibawah ini aspek apa saja yang termasuk dalam kepemimpinan guru di kelas.
1. Dalam menumbuhkan dan meyuburkan suasana mencari ilmu dikelas.
Guru dibutuhkan perannya agar siswa menguasai subyek yang diajarkan, mempunyai inisiatif dalam mencari pengetahuan diluar yang diajarkan serta berpikiran kritis dan analitis. Tapi dibutuhkan teknik mengajar yang kreatif untuk mewujudkan itu semua.
2. Mangambil hati dan pikiran pribadi-pribadi yang ada disekitarnya
Mudah sekali memimpin siswa dikelas jika kita sudah bisa mengambil hati serta bisa membaca pikiran siswa kita dikelas. Sebenarnya bukan hal yang mudah dalam membaca pikiran siswa. Tapi jika kita mau membiasakan melihat apa yang tersirat maka lama kelamaan akan menjadi mudah membaca pertanda atau isyarat yang diberikan siswa mengenai sesuatu hal.
Jika kita sudah menguasai keterampilan dalam mengambil hati dan pikiran akan labih mudah juga bagi guru untuk mendukung siswa melewati hambatan dalam proses belajarnya.
3. Bermitra dalam bekerja dengan orang lain.
Dalam mengajar sebuah kelas guru pastinya tidak sendiri, ada banyak pihak yang ada disekeliling lingkup pekerjaan nya sebagai pendidik. Ada kepala sekolah, rekan sesame guru, administrasi dan pihak lain yang jika tidak diperlakuakn sebagai team akan menimbulkan masalah dikemudian hari. Ingat singakatan dari T.E.A.M artinya Together wE Achieve More atau bersama untuk meraih yang terbaik.
4. Mau mengerti diri sendiri dan orang lain.
Banyak guru yang mengalami tekanan pekerjaan karena kurang berorientasi pada diri sendiri. Sikap berorientasi pada diri sendiri bukan berarti egois, tetapi lebih kepada upaya untuk menggali apa yang menjadi potensi orang-orang disekitarnya sambil menghormati diri kita sendiri.
Misalnya ketika ada guru lain yang meminta kita melakukan sesuatu pertolongan yang berhubungan dengan pekerjaan adakalanya sikap kita hanya dua, menerima atau menolak. Padahal ada sikap satu lagi yaitu menerima untuk kemudian mengatur waktu agar bisa dikerjakan sambil berusaha mengajarkannya agar dilain kesempatan rekan tadi mampu menolong dirinya sendiri.
KEPEMIMPINAN DALAM OLAHRAGA
Kehidupan kelompok remaja sangat ditentukan oleh pemimpin kelompoknya, karena pemimpin kelompok remaja biasanya dipilih karena dominant, baik fisik, dan keterampilan-keterampilan tertentu, ataupun kemampuan keperibadiannya. Dalam interaksi individu dengan individu lain akan banyak kemungkinan dampak psikologis yang terjadi, misalnya proses adaptasi, proses persaingan, sikap kooperatif, imitasi, solidaritas, identivikasi, pengaruh sugesti, dsb.
Sherif (1956) membedakan situasi kebersamaan atau “together ness” dan situasi kelompok “group situation”. Pada situasi kebersamaan terjadi interaksi individu yang belum memiliki ikatan, mereka berinteraksi secara kebetulan saja. Pada situasi berkelompok, interaksi antar individu tersebut lebih banyak bersifat tetap, sudah ada status, struktur kelompok, norma kelompok, dan mungkin sudah ada pembagian tugas antar kelompok social tersebut.
Lebih lanjut, Sherif (1956) mengajukan pengertian kelompok social sebagai berikut:
“ A group is a social unit which consist of a number of individuals who stand in (more or less) definite status and role relationship to one another and which possesses a set of values or norm of its own regulating the behavior of individual members, at least in matters of consequence to the group.”
Alasan terbentuknya kelompok social bermacam-macam, dapat alamiah seperti kelompok keluarga, kelompok olahraga, kelompok belajar, dsb. Masalah kepemimpinan sudah menjadi perhatian sebagai disiplin ilmu sjak dulu, khususnya ilmu-ilmu kemasyarakatan, manajemen, dan psikologi social. Tiap-tiap kelompok masyarakat memiliki ciri-ciri tersendiri, serta factor situasi turut menentukan corak kepemimpinan yang berbeda-beda pula.
Kepemimpinan dalam sebuah kelompok social dalam masyarakat memang sangat diperlukan, karena seorang pemimpin harus dapat mengorganisir para anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu kita mengetahui bebrapa hal sebagai berikut:
•Apa Pengertian dari Kepemimpinan ?
•Apa Syarat yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin?
•Apa Macam Gaya Kepemimpinan ?
•Apa Peranan Pemimpin atau Pembina ?
•Apa Dampak Kepemimpinan dengan Prestasi Olahraga ?
a. Kepemimpinan
Bany & Johnson (1975) mengatakan bahwa kepemimpinan tidak dimiliki oleh semua orang, karena hal ini merupakan bawaan sejak lahir. Seseorang yang memiliki memempuan kepemimpinan memiliki “charisma”, dan memiliki pola tingkah laku tertentu, yang dapat mengintegrasikan motif-motif anggotanya.
Kepemimpinan dapat dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Jadi pengalaman dan proses belajar yang terjadi dalam masyarakat akan menjadikan seseorang memiliki kepemimpinan, karena pengetahuan dan ketrampilan memimpin itu dapat dipelajari dari pengalaman. Kedua pendapat tersebut dapat digabungkan, karena dengan memiliki pembawaan saja, kita tidak akan menjadi pemimpin yang baik tanpa adanya pengalaman, karena pengalaman mengandung kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang dapat ditingkatkan melalui proses belajar. Selain itu, pengalaman saja tidak menjamin kualitas kepemimpinan, walau individu yang bersangkutan tidak memiliki bakat pembawaan sebagai pemimpin yang baik.
Sherif (1954) mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah individu yang dalam situasi kebersamaan dapat berperan dan mempunyai status yang tinggi dalam kelompoknya. Pemimpin juga merupakan orang yang dapat mempengaruhi orang lain dan menimbulkan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bany & Johnson (1975) juga mengatakan: “ The individual in the group may follow his leadership or they may become alienated and comply, or they may follow only at certain time.”
Pendapat lain juga diajukan oleh Sears, Peplau, dan Taylor (1991), mengatakan: “Group leaders are those who have the most impact on group behavior and beliefs. A task leader focuses on accomplishing group goal successfully. A social leader strive to maintain harmony and high morale.”
Seorang pemimpin dalam menghadapi masalah yang kompleks dibutuhkan pengetahuan yang luas dari berbagai bidang, khususnya harus mengetahui bidang manajemen. Pemimpin harus menguasai cara-cara mempengaruhi dan menggerakkan orang lain, sedang manajemen adalah penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan, dengan menggerakkan sumber-sumber daya (manusia) dan sumber dana dan sarana efektif dan efisien.
b. Syarat yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin
Keperibadian pemimpin. Pelatih dan guru merupakan seorang pemimpin, yang menjadi pusat perhatian atlet atau subjek didiknya. Oleh karena itu, sebisa mungkin pelatih atau guru dapat menjadi seorang pemimpin yang mempunyai keperibadian yang dapat menjadi panutan bagi atlet atau anak didiknya. Menurut Gordon W. Allport (1937) “Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system that determine his unique adjustment it his environment.” Atau dalam bahasa Indonesia adalah: “ Keperibadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai system psiko-fisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.”
Pengertian “organisasi dinamis” menekankan pada kenyataan bahwa keperibadian itu dapat berubah-ubah, tergantung pada individunya. Istilah “psiko-fisis” berarti bahwa keperibadian bukanlah eksklusif (semata-mata) mental dan juga semata-mata neural; jadi keperibadian meliputi kerja tubuh dan jiwa sebagai sebuah kesatuan. Watak menurut Allport: “Character is personality evaluated and personality is character devaluated.” Tempramen menurut Suryabrata (1990) adalah disposisi yang erat kaitannya dengan factor biologis dan fisiologis, karena sedikit sekali modifikasi dan perkembangannya. Menurut Allport, tempramen adalah bagian khusus dari keperibadian, “ Tempramen adalah gejala karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk juga tindakannya karena rangsang emosi, kekuatan dan kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara dari fluktuasi dan intensitas suasana hatinya; gejala ini tergantung pada factor konstitusional, dan karenanya berasal dari keturunan.”
Citra seorang pemimpin. Pemimpin yang ideal harus tergambar pada diri tiap-tiap subjek didik karena mereka akan membayangkan dan akan terdorong untuk mewujutkan dan meniru sesuatu yang ideal baginya. Berikut ciri pemimpin yang ideal:
1. Keperibadian dan moral yang ideal, yaitu orang yang jujur, setia, memiliki komitmen pada kelompok yang di pimpinnya, bersikap dan bertindak sesuai norma agama.
2. Memiliki kelebihan pengetahuan dan kemampuan akal, yang oleh Gerungann (1980) disebutkan dua hal yang penting, yaitu:
•Memiliki “social perception” atau pengelihatan social ialah memiliki kecakapan untuk cepat melihat dan memahami akan perasaan-perasaan, sikap-sikap, dan kebutuhan-kebutuhan anggota kelompoknya. Kecakapan ini sangat dibutuhkan untuk memenuhi tugas pemimpin sebagai “group centered leadership”.
•Memiliki “ability in abstract thinking” atau memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari kecerdasan yang dimiliki anggota kelompok yang dipimpinnya.
3. Memiliki “emotional stability” atau stabilitas emosional, sehingga mempu menghadapi gejolak emosional yang terdapat pada dirinya, tidak mudah marah, putus asa, dapat menguasai diri, dsb, dan tetap dapat berpikir jernih dan baik. Lawan dari “emotional stability” adalah “emotional enstability” atau ketidak stabilan emosi, mereka yang mengalami ketidak stabilan emosi, karena perasaan marah dan pikiran negatif lainnya akan mudah dipengaruhi, dan mudah mendominasi perasaan lainnya. Individu yang menunjukkan kurang matangnya emosi atau “emotional enstability” mudah marah, mudah benci, mudah bingung, mudah kesal, dsb. Individu yang menunjukkan kematangan emosional atau memiliki “emotional maturity” akan dapat menahan goncangan-goncangan emosional sehingga dapat tetep tenag dan menjalankan fungsi akalnya dengan baik.
4. Sehat dan terampil, karena seorang pemimpin harus mempu bekerja keras melebihi anggota-anggotanya, dan sebaiknya memiliki keterampilan yang melebihi anggota-anggotanya
c. Macam Gaya Kepemimpinan
Disamping cara memimpin yang bersifat otoriter, demokratik, ataupun laissez fair berikut merupakan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda karena sifat keperibadian pelatih yang berbeda-beda. Menurut Tutko & Richards (1971), ada lima tindakan pelatih yang berbeda-beda, yaitu:
1. The “Hardnosed” Authoritarian Coach
Gambaran seorang pelatih yang bergaya “jagoan” yang merasa yakin dalam tindakan-tindakannya, menetapkan sasaran atau target, mendorong subyek didik untuk berjuang mencapai target yang telah ditetpkan. Gejala-gejala seperti ini banyak ditemui pada pelatih-guru muda (tidak semua), dengan ciri-ciri:
a. sangat disiplin
b. sering memaksakan peraturan dengan ancaman hukuman
c. sengat kaku dalam menerapkan jadwal dan rencana
d. dapat bertindak kejam dan sadis
e. kurang hangat dalam pergaulan
f. dapat mengorganisasikan sesuatu dengan baik dan terencana
g. segan berhubungan dekat dengan orang lain
h. sering bersikap moralis dan religius
i. keras dalam memegang pendirian dan sering berprasangka
j. lebih senang memiliki asisten orang lemah
k. untuk menimbulkan motivasi menggunakan perlakuan seperti push-up, lari keliling, dsb
2. The “Nice-guy” Coach
Pelatih yang bergaya seperti bujangan yang pandai bergaul, rumahnya selalu terbuka bagi setiap subjek didiknya. Adapun cirri-cirinya:
a. disenangi banyak orang
b. penuh perhatian pada orang lain
c. menimbulkan motivasi dengan cara yang positif
d. terlalu leksibel dalam membuat perencanaan, terkadang menjadi kacau-balau
e. sering mencoba-coba sesuatu dan terbuka terhadap saran-saran
3. Intense or “Driven” Coach
Dalam banyak hal sifatnya mirip dengan “Hardnosed” Authoritarian Coach, bedanya, “Driven” coach lebih emosional dan tidak suka menghukum. Adapun cirri-cirinya:
a. mudah kelihatan khawatir dan bingung
b. suka mendramatisir keadaan
c. segala sesuatu ditangani secara pribadi
d. selalu memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai permainan dan segala sesuatunya
e. selalu berkemauan keras melibatkan diri dan tidak pernah puas dengan apa yang dihasilkan
f. menyediakan seluruh waktunya untuk memahami permasalahan yang dihadapi
g. memotivasi subjek sisik atas dasar pengalaman pribadi
4. The “Easy-going” Coach
Pelatih selalu menganggap enteng segala permasalahan, merupakan pelatih yang memiliki sikap kebalikan dari “Driven” coach yang penuh semangat dan suka memaksa. Adapun cirri-cirinya adalah:
a. tidak pernah tampak serius menghadapi segala sesuatu
b. enggan membuat jadwal kerja
c. tidak pernah mendesah, segala sesuatu dilihatnya mudah
d. memberi kesan bahwa semua dapat dikendalikan, sehingga pada saat-saat tertentu kelihatan malas
5. The “Business-like” Coach
Pelatih yang bergaya seperti businessmen, ini sangat berhasrat untuk mempelajari sesuatu, selalu berusaha mendapatkan informasi terbaru, biasanya “selfish”, yaitu memiliki sifat semau gue. Adapun cirri-cirinya adalah:
a. menggunakan pendekatan atas dasar untung-rugi
b. pendekatannya sangat logis
c. tampaknya berkeperibadian dingin, tidak hangat dalam pergaulan
d. pemikirannya tajam
e. pemikiran utamanya ditujukan pada lawan bertanding
f. pragmatis dan tekun
Menurut Tutko & Richard (1975), gejala psikologi yang terjadi pada olahraga, seperti persaingan, stress, perasaan gagagl, sukses, dsb, digambarkan sebagai “miniature kehidupan” karana gajala-gejala psikologis tersebut juga dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bany & Johnson (1975) mengemukakan adanya tiga tipe kepemimpinan, yaitu:
1. Pemimpin yang menunjukkan keunggulan karena kemampuan dan kompetisi dalam bidang tertentu.
2. Pemimpin yang muncul dalam kelompok informal, karena dapat berperan yang diperlukan dalam kelompok tersebut.
3. Pemimpin dalam suatu organisasi yang ditunjuk oleh penguasa untuk memegang posisi tertentu.
d. Peranan Pemimpin
Bany & Johnson mengemukakan bahwa guru perlu memperhatikan tiga pola kegiatan pokok, yaitu:
1. Dalam memberikan instruksi, meliputi:
a. perencanaan yang baik
b. pengorganisasian yang rapi
c. pengambilan keputusan yang tepat
d. pemaparan yang baik
e. menjelaskan dengan sistematis
f. menetapkan tugas-tugas dengan bijaksana
2. Evaluasi pelaksanaan, meliputi:
a. mengadakan diagnosa dengan baik
b. mengadakan re-evaluasi kalau perlu
c. menetapkan sasaran yang jelas
d. pola laporan yang baik
3. Kepemimpinan, meliputi:
a. memberikan fasilitas
b. pengelolaan yang sebaik-baiknya
Mengelola Aktivitas Latihan
Bany & Johnson (1975) memberikan gambaran bagan mengenai pola kegiatan
Planning Leadership Facilitation
Organizing Maintenance
Decision
Making
Instruction The Total
Presenting Teaching
Transaction
Explaining
Setting tasks Evaluation

Diagnosing Re-evaluation Marking Reporting
Semua pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan dengan manajemen yang rapi, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dlam melaksan yang satu dengan yang lainnya. Lebih lanjut bany & Johnson merinci fungsi kepemimpinan dan peran pendidik, sebagai berikut:
1. Pelatih atau guru sebagai pemimpin harus memformulasikan kebujakan dan rencana sesuai dengan tujan dan sasaran kelompok
2. Pemimpin menganalisa, mengorganisasikan bantuan-bantuan kepada individu dan kelompok untuk tercapainya sasaran
3. Pemimpin mengkreasi atmosfer kelompok yang positif, membina moral dan menciptakan persatuan
4. Pemimpin menghindarkan ancaman serta mengusahakan dan meyakinkan perlunya rasa aman
5. Pemimpin mengusahakan informasi mengenai tugasnya, seperti pengetahuan tentang prosedur dan peraturannya
6. Pemimpin memberi fasilitas komunikasi terhadap kelompoknya
7. Pemimpin menjaga keharmonisan keinginan individu dengan keinginan dan tujuan kelompok
8. Pemimpin mengusahakan pengetahuan individu-individu bagaimana mereka berpenampilan
9. Pemimpin berpegang pada satu perinsip secara konsisten dalam menentukan persetujuan atau penolakan
10. Pemimpin mengusahakan kesempatan bagi kelompok untuk berpartisipasi dalam memecahkan problema kelompok dan tindakan-tindakan yang berpengaruh pada perasaan kelompok.
Tiga Fungsi Dalam Pendidikan
John Dewey (1964) mengemukakan tiga fungsi pendidikan yang harus dipenuhi dan diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu: “direction” atau pengarahan, “guidance” atau bimbingan, dan “control” atau pengawasan. Disamping itu pelaksanaan pendidikan akan berhasil, apabila memperhatikan juga “interes” atau minat, “needs” atau kebutuhan,-kebutuhan, dan “ability” atau kemampuan subjek.
Yang dimaksud dengan “Direction” atau pengarahan, dapat dilakukan denganmenciptakan citra positif mengenai tempat tempat latihan atau sekolah, sehingga tempat latihan dirasakan sebagai tempat yang menyenangkan,dan menggairahkan. “Guidance” atau bimbingan dapat dilakukan dengan memberikan instruksi, contohcontoh, dan tugas-tugas operasional sebagai petunjuk dan penjelasan secukupnya. “Control” atau pengendalian dapat dilakukan dengan mengadakan monitoring dan juga evaluasi terhadap kemungkinan penyimpangan atau kesalahan dan usaha memperbaikainya. Hasil evaluasi dapat dijadikan bahan pembenahan.
e. Dampak Kepemimpinan dengan Prestasi Olahraga
Dengan hadirnya seorang pemimpin dalam sebuah organisasi social, atau dalam olahraga hadirnya seorang pelatih diharapkan mereka dapat memberikan teladan yang baik dari sikap dan keperibadian mereka agar apa yang baik dari mereka dapat dicontoh, karena dalam sebuah organisasi ada kecendrungan untuk mencontoh pemimpinnya. Hal ini memeng terbukti, terkadang seorang mantan atlet yang telah beralih profesi menjadi pelatih akan mmemiliki gaya melatih sesuai dengan apa yang pernah ia dapatkan semasa ia menjadi atlet, ia akan mencontoh gaya melatih pelatihnya terdahulu.
Dalam mencapai sebuah prestasi, seorang pelatih yang baik akan mengarahkan para atletnya untuk bersama-sama mecapai prestasi yang telah ditargetkan dengan cara-cara yang positif. Pelatih akan membangun motivasi dan komunikasi yang baik dengan seluruh elemen yang berpengaruh dalam pencapaian prestasi. Tentunya pealtih yang baik dapat mengkoordinir atletnya, dan atletnya akan merasa senang untuk diarahkan dan akan menumbuhkan rasa saling percaya.
kesimpulan
Kehidupan kelompok remaja sangat ditentukan oleh pemimpin kelompoknya, karena pemimpin kelompok remaja biasanya dipilih karena dominant, baik fisik, dan keterampilan-keterampilan tertentu, ataupun kemampuan keperibadiannya. Alasan terbentuknya kelompok social bermacam-macam, dapat alamiah seperti kelompok keluarga, kelompok olahraga, kelompok belajar, dsb. Masalah kepemimpinan sudah menjadi perhatian sebagai disiplin ilmu sjak dulu, khususnya ilmu-ilmu kemasyarakatan, manajemen, dan psikologi social. Tiap-tiap kelompok masyarakat memiliki ciri-ciri tersendiri, serta factor situasi turut menentukan corak kepemimpinan yang berbeda-beda pula.
Kita tidak akan menjadi pemimpin yang baik tanpa adanya pengalaman, karena pengalaman mengandung kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang dapat ditingkatkan melalui proses belajar. Selain itu, pengalaman saja tidak menjamin kualitas kepemimpinan, walau individu yang bersangkutan tidak memiliki bakat pembawaan sebagai pemimpin yang baik.
Keperibadian pemimpin. Pelatih dan guru merupakan seorang pemimpin, yang menjadi pusat perhatian atlet atau subjek didiknya. Oleh karena itu, sebisa mungkin pelatih atau guru dapat menjadi seorang pemimpin yang mempunyai keperibadian yang dapat menjadi panutan bagi atlet atau anak didiknya. Citra seorang pemimpin. Pemimpin yang ideal harus tergambar pada diri tiap-tiap subjek didik karena mereka akan membayangkan dan akan terdorong untuk mewujutkan dan meniru sesuatu yang ideal baginya.
Macam Gaya Kepemimpinan: The “Hardnosed” Authoritarian Coach, The “Nice-guy” Coach, Intense or “Driven” Coach, The “Easy-going” Coach, The “Business-like” Coach. Bany & Johnson (1975) mengemukakan adanya tiga tipe kepemimpinan, yaitu:
1. Pemimpin yang menunjukkan keunggulan karena kemampuan dan kompetisi dalam bidang tertentu.
2. Pemimpin yang muncul dalam kelompok informal, karena dapat berperan yang diperlukan dalam kelompok tersebut.
3. Pemimpin dalam suatu organisasi yang ditunjuk oleh penguasa untuk memegang posisi tertentu.