Monday, 24 October 2011

Asesmen Pembelajaran Penjas

Pendidikan Jasmani

Definisi pendidikan secara luas seperti yang dikemukakan oleh Mudyahardjo (1998:1) yaitu segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup”. Sedangkan definisi pendidikan yang lebih sempit yang dikemukakan Mudyahardjo (1998:1) yaitu “pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal”

Pendidikan jasmani adalah pendidikan yang menggunakan jasmani sebagai titik pangkal mendidik. Hal ini berarti pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan meningkatkan keterampilan berolahraga. Namun tujuan itu tidak hanya menitikberatkan pada kebugaran jasmani dan keterampilan olahraga saja. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam undang-undang Nomor 12 tahun 1954 pada Bab VI, pasal 9 (dalam Wirjasantosa 1984:25) tercantum:
Pendidikan jasmani yang menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dengan perkembangan jiwa, merupakan usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat kuat lahir batin, diberikan pada semua jenis sekolah.
Perkataan keselarasan menjadi pedoman untuk menjaga agar penidikan jasmani tidak terpisahkan dari arti pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adalah bagian tuntutan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani. Selanjutnya Lutan (2000:2)
mengemukakan:
Pendidikan jasmani itu bersifat menyeluruh, sebab mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya yang mencakup aspekintelektual, emosional, sosial dan moral dengan maksud anak muda itu menjadi seseorang percaya diri, berdisiplin, sehat bugar dan hidup bahagia.
Pengaruh pendidikan jasmani akan memberikan dampak positif pada siswa untuk mengembangkan kemampuan secara keseluruhan baik afektif, kognitif dan psikomotor. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lutan (2000:2-3) yaitu:

Pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya yang berkaitan dengan aktifitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani
3. Memperolah dan mempertahankan derajak kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktifitas jasmani baik secara berkelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktifitas jasmani yang dapatmengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktifitas jasmani termasuk permainan olahraga.

Jadi dapat penulis gambarkan bahwa pendidikan jasmani adalah pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor lewat aktifitas jasmani. Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan dalam memcahkan masalah. Domain afektif menyentuh pada pembentukan sikap dan prilaku yang mencakup kemampuan diri, kemampuan memotifasi diri, ketekunan dan kemampuan berempati. Dan domain psikomotor yaitu aspek kebugaran jasmani dan keterampilan olahraga.
Telah dikemukakan sebelumnya, tujuan dari pendidikan jasmani itu bersifat menyeluruh tidak hanya mencakup aspek fisik saja, hal ini seperti dikemukakan oleh Lutan (1998:4) yaitu: “Tujuan program pendidikan jasmani itu lebih bersifat menyeluruh mencakup bukan hanya aspek fisiknya tetapiaspek lainnya sehingga memiliki percaya diri, berdisiplin, sehat, bugar dan hidup bahagia.”
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani diperlukan situasi poses belajar mengajar yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam hal ini Sardiman (2004:85) mengemukakan: “Motifasi bertalian dengan suatu tujuan.” Artinya dengan motifasi yang tinggi, seorang siswa akan bersemangat dalam belajar pendidikan jasmani dilapangan meskipun diterik matahari pada siang hari. Selanjutnya Singgih (1989:93) yaitu: “Motifasi dalam olahraga menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.” Dengan demikian dalam kegiatan belajar ddiperlukan adanya motifasi siswa untuk tercapainya tujuan belajar pendidikan jasmani.
Asesmen Pembelajaran Penjas
1. Pengertian Asesmen
Menerapkan salah satu model evaluasi dengan menggunakan pendekatan asesmen dapat memudahkan guru, siswa, orang tua bahkan pihak sekolah dalam memantau kemajuan belajar. Asesmen itu sendiri menurut Adang (2001:6) yaitu: “Proses pengumpulan informasi/data yang berfungsi untuk membantu siswa dalam belajarnya sekaligus digunakan untuk menentukan nilai.”
Asesmen dan pengukuran merupakan istilah dari evaluasi yang keduanya mengandung pengertian yang sama, yaitu: (1) Keduanya merupakan proses pengumpulan informasi. (2) Keduanya merupakan salah satu tahap dalam proses evaluasi. (3) Keduanya seringkali diikuti oleh penilaian. Karena kedua istilah ini banyak persamaannya, maka dalam kasus tertentu penggunaannya sama. Misal, dalam kasus tes lari 1000 meter. Data yang diperoleh melalui tes ini berupa skor, misalnya 9 menit. Jadi, untuk menentukan nilai, data ini tidak perlu dikuantifikasi lagi. Yang terpenting, apa makna skor 9 menit, apa bedanya dengan skor 7 menit.
Dalam pelaksanaannya, evaluator berusaha mengamati dan mengumpulkan informasi tentang kelemahan dan keunggulan belajar siswa. Informasi ini digunakan sebagai umpan balik bagi guru, dalam menentukan langkah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.
Jenis informasi yang dihimpun melalui asesmen banyak ragamnya, bergantung pada kebutuhan antara lain berupa skor, deskripsi kegiatan dan kualitas. Asesmen yang sering digunakan berupa daftar cek dan borang, guru dapat lebih mudah memantau kemajuan belajar dan menentukan materi yang harus diberikan sesuai dengan tingkat kemajuan belajar siswa.
Borang (instrumen) asesmen merupakan salah satu bentuk instrumen pengumpul data. Borang dapat disajikan dalam bentuk lembar kerja siswa. Setiap contoh borang selalu diawali dengan materi alternatif tujuan asesmen. Suatu hal yang tidak mungkin untuk membuat penilaian yang dapat mencerminkan semua unsur penting dari suatu penampilan. Sehubungan dengan itu, alternatif tujuan merupakan salah satu pilihan mengenai tujuan asesmen yang diperoleh dari hasil tinjauan ulang tentang keterampilan yang diajarkan dan disesuaikan dengan keadaan siswa yang belajarnya dengan kata lain, para guru dapat saja merumuskan tujuan dan merancang borang sesuai dengan kebutuhan program disekolahnya
2. Maksud dan Tujuan Asesmen
Profesi sebagai seorang guru pendidikan jasmani bukanlah hal yang mudah. Guru pendidikan jasmani dihadapkan pada beberapa masalah dan tantangan dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan jasmani. Tantangan itu antara lain adalah jumlah siswa yang cukup banyak dan alokasi waktu yang relatif terbatas.
Adapun tujuan dari model evaluasi dengan menggunakan pendekatan asesmen antara lain yaitu untuk menghimpun data pengetahuan siswa tentang konsep dan keterampilan gerak yang dipelajarinya, merupakan hasil tinjauan ulang tentang keterampilan yang diajarkan dan disesuaikan dengan keadaan siswa, kemudian informasi ini digunakan sebagai umpan balik bagi guru dalam menentukan langkah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa
3. Manfaat Asesmen
Manfaat yang dirasakan dalam mengevaluasi siswa melalui asesmen dapat dilihat melalui data perkembangan kemajuan belajar. Pelaporan merupakan salah satu bukti diselenggarakannya evaluasi yang selanjutnya dipakai sebagai umpan balik yang sangat berguna. Bagi guru,dijadikan dasar pembuatan keputusan yang berhubungan dengan perbaikan pengajarannya. Bagi siswa, dapat membangkitkan motifasi belajar. Bagi orang tua siswa, merupakan bukti dari pertanggung jawaban dari sekolah terhadap dukungan orang tua untuk keberhasilan anaknya. Menurut Adang (2001:9) proses ini paling tidak mengandung 4 manfaat yaitu:
• Menelaah secara seksama kemampuan siswa.
• Untuk meningkatkan aktifitas balajar dan memotifasi siswa, hindarkanlah penggunaan standar yang baru, atau perbandingan dengan teman.
• Memberikan informasi tentang keberhasilan seluruh program.
• Aspek-aspek apa saja yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai siswa, dan guru sebagai evaluator perlu memberikan penghargaan atas apa yang telah siswa capai.
• Memeberikan bukti kepada orang tua siswa, Kepala sekolah dan pihak lain. Manfaat apa yang telah diperoleh dari pendidikan jasmani yang diselenggarakan dengan pengelolaan yang baik.
• Dijadikan ukuran yang dapat dipertanggung jawabkan untuk menilai keberhasilan proses belajar mengajar.
Pada saat evaluasi, guru sering terkejut melihat hasil proses belajar mengajar dengan kesimpulan pihak guru sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, tetapi hasil tes kurang baik.

4. Hubungan Asesmen Dengan Pembelajaran
Peningkatan mutu proses belajar mengajar merupakan persoalaan penting dalam pendidikan, begitu pula dalam pendidikan jasmani. Titik sentral proses belajar mengajar adalah siswa belajar. Sedangkan istilah mengajar lebih menekankan pada aktifitas guru. Tujuan mengajar pada dasarnya adalah mendorong siswa agar belajar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan tersebut pembuatan keputusan harus dilaksanakan.
Penentuan nilai atau sering disebut juga grading adalah proses pemberian makna terhadap informasi yang diperoleh mengenai asesmen dan pengukuran. Yang bertujuan memberi gambaran mengenai hasil belajar siswa sehingga dapat dipahami oleh guru, siswa dan orang tua.
Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan penentuan nilai hanya mungkin dapat dilakukan manakala tersedia informasi yang diperoleh melalui asesmen dan pengukuran. Asesmen dan pengukuran dapat dilakukan manakala tersedia instrumennya. Instrumen yang digunakan harus sesuai dengan tujuan evaluasi. Keseluruhan proses dari mulai penentuan tujuan, pembuatan instrumen, pengumpulan informasi atau data, dan grading inilah yang disebut proses evaluasi yang nantinya akan menunjukan prestasi siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Dengan begitu hubungan antara asesmen dengan pembelajaran sangat erat.


5. Jenis atau Bentuk Asesmen
Asesmen itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian diantaranya Asesmen otentik. Asesmen dikatakan otentik manakala siswa mendemonstrasikan perilaku yang diharapkan dalam situasi nyata, misalnya bermain sepak bola dengan teman-temannya, atau bermain lempar tangkap dengan keluarganya. Pada kasus ini guru dapat menghimpun informasi tentang 1) bagaimana menerapkan pengetahuan dan keterampilan pada situasi nyata melakukan aktivitas fisik atau olahraga, dan 2) bagaimana menerapkan konsep kerja sama dan teknik menendang pada situasi nyata bermain sepak bola dan sebagainya. Namun demikian menyediakan situasi nyata untuk keperluan asesmen sangatlah menantang. Para guru perlu mengembangkan asesmen otentik yang menyebabkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari siswa secara alami terungkap. Dengan demikian diharapkan perilaku yang terungkap tersebut merupakan cerminan kehidupan nyata baik dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Asesmen alternatif menjadi asesmen otentik manakala diterapkan dalam situasi nyata. Alternatif asesmen menuntut siswa menggunakan keterampilan berfikir yang lebih tinggi. Keterampilan memecahkan masalah dan pembuatan keputusan, siswa dituntut mendemonstrasikan perilaku. Pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dalam situasi dan kondisi yang terkendali.