Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.
Pembelajaran bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Pembelajaran bermakna sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki peserta didik dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan.
Cara Pembelajaran Bermakna dengan Menggunakan Peta Konsep :
1. Pilih suatu bacaan dari buku pelajaran
2. Tentukan konsep-konsep yang relevan
3. Urutkan konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh.
4. Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas mulai dari konsep yang paling inklusif di puncak konsep ke konsep yang tidak inklusif di bawah.
5. Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata penghubung sehingga menjadi sebuah peta konsep.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat relajar.
Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam sekema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat memperkembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri.
Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme. Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.
Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa.
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer, Progressive differensial, integrative reconciliation, dan consolidation.
Empat type belajar menurut Ausubel , yaitu:
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menmukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir , kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.
Menurut Elaine B.J keterkaitan yang mengarah kepada makna adalah jantung dari pengajaran dan pembelajaran kontektual, pada saat siswa mulai berfikir tentang pelajaran agama, ilmu pengetahuan social, IPA, Bahasa Inggris dengan kenyataan hidupnya, masyarakatnya, maka sebenarnya ia telah menapaki jalan menuju pembelajaran dan pengajaran yang menemukan makna. Keterkaitan antara teori dan konsep akademis yang miliki siswa dengan lingkungannya sehari-hari dari kehidupannya. Setelah siswa merasa menemukan makna dalam pembelajarannya ia akan bangkit dan terus berjuang sampai ia mendapatkan makna yang bermanfaat bagi dirinya, maka ia akan terus belajar dan belajar. Motivasi besar ini muncul dari manfaat yang telah ia terima dan rasakan ternyata konsep akademis yang ia terima di sekolah sesuai dengan kehidupannya sehari-hari.
Dalam bukunya,”Quantum learning,” Bobby De Porter menyimpulkan bahwa ketika seseorang bersemangat, gembira, dan tidak bosan dalam melakukan sesuatu pada dasarnya ia telah menemukan manfaat dan makna dari apa yang telah ia lakukan. Pembelajaran bermakna memberi manfaat secara langsung maupun tidak langsung kepada siswa, semakin banyak mengetahui manfaat, maka akan semakin besar antusias siswa untuk belajar, sebab dengan banyak belajar akan makin dekat dengan manfaat itu, akan makin senang melakukan pekerjaannya, jadi makin besar kita mengetahui manfaat sesuatu maka akan makin besar peluang untuk melakukan perbuatan itu, sebaliknya semakin sedikit mengetahui manfaat dari yang kita kerjakan maka akan makin sedikit semangat kita untuk melakukan hal itu. Ketika siswa tahu banyak akan manfaat dari sedekah maka siswa akan makin rajin untuk sedekah, demikian juga ketika siswa tahu akan manfaat olah raga maka siswa akan dengan senang hati untuk melakukan olah raga. Ketika seorang siswa tahu manfaat salat sunat maka siswa akan berlomba untuk melakukan salat sunat. Ketika siswa mengetahui manfaat menolong orang maka siswa akan terus berlomba untuk menolong orang.
Proses belajar tidak hanya menghafal, tetapi siswa harus membangun pengetahuan di pikirannya sendiri tanpa harus dipaksa. Siswa dalam pembelajaran harus mengalami sendiri dari apa yang dipelajarinya. Jadi siswa harus mencari sendiri, guru hanya memberi pengarahan, dan motivasi ektrinsik. Para ahli menyepakati bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tertata rapi sehingga menjadi suatu pemahaman dan pengetahuan yang mendalam, dalam arti pengetahuan yang ada pada diri seseorang terorganisir, sehingga menjadi pemahaman yang melekat. Di sisi lain, dalam cara memandang siswa hendaknya perlu kesadaran adanya keunikan dan keragaman setiap individu. Hendaknya siswa dibiasakan mengeluarkan ide-ide sendiri, memecahkan masalah,menemukan sesuatu yang mendukung bakat, minat dan manfaat bagi kehidupannya. Ketika ketrampilan makin tersusun dan bakatnya terus dikembangkan maka secara tidak langsung akan berpengaruh pada struktur otaknya, dengan demikian proses pembelajaran akan mampu mengubah struktur otaknya.
Guru memberi motivasi kepada siswa untuk membaca, menulis dan berfikir kritis dengan memfokuskan pada persoalan ditegah masyarakat yang up to date, kemudian guru membagi kelas menjadi beberapa kerlompok, mereka disuruh untuk melakukan penelitian perpustakaan, melakukan wawancara, mewawancarai nara sumber yang kompeten dibidangnya, siswa juga dapat mengambil data di lapangan, dengan menyertakan foto, gambar diagram, grafik kalau diperlukan, setelah para siswa menyelesaikan penelitian dengan jangka waktu yang disepakati antara guru dengan siswa, tiba saatnya untuk mendiskusikannya dan menyampaikan di depan kelas.
Dapat juga, siswa disuruh mencari kliping tentang kekerasan anak terhadap orang tua atau kedurhakaan anak terhadap orang tuanya di majalah dan Koran, kenudian menyuruh siswa untuk mengomentari dan menyimpulkannya sesuai pengetahuan yang didapat, atau dikomentari berdasarkan teori yang ia dapatkan dari sekolah. Seperti mengakiatkan dengan ajaran Islam, al-Quran dan Hadis Nabi. Banyak contoh–contoh pengaitan dalam pembelajaran bermakna yang dapat diterapkan di sekolah, untuk itu perlu kepiawian guru dalam mencari sebanyak mungkin materi yang dapat dikaitkan dengan peristiwa dalam kehidupan keseharian siswa.
Sebagai guru, pernahkan kita sering menatap atau bertatap muka dengan siswa? Sebagai guru perlu juga membaur dengan siswa suatu saat kita jadi teman, lain waktu berperan sebagai orang tua, pada waktu berbeda guru dapat juga beroeran sebagai teman, sehingga ada kedekatan yang mampu membuat siswa makin kagum dan dekat dengan kita. Intinya kita hendaknya sering bertatap muka dengan siswa. Mengajak siswa untuk kerjasama satu sama lain, dalam kerjasama perlu juga dibuat strategi yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan siswa lain penuh dengan rasa hormat. Perlu juga diperhatikan guru, terutama membangun dan menyiapkan skenario pembelajaran yang memungkinkan siswa berkeinginan besar untuk mendengar pendapat siswa lainnya.
Guru hendaknya merancang pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk berfikir kreatif, kritis dan menggunakan segala daya pikirannya untuk memecahkan suatu masalah atau membuat suatu ide kreatif, hal ini hendaknya selalu menjadi perhatian guru di kelas, agar kelas menjadi penuh makna bagi siswa. Pembiasaan berfikir kritis kreatif akan menjadikan siswa merasa menjadi siswa yang sesungguhnya, merasa dirinya diakui sebagai sosok yang berharga, mampu berbuat berfikir kreatif, dan kritis.
Sebelum masuk kelas, atau proses belajar mengajar berlangsung guru hendaknya menyiapkan ruang kelas agar tetap aman, kondusif, terasa rasa kekeluargaannya, keramahannya, sehingga siswa merasa aman dan tidak ada rasa was-was dan terintimidasi. Intinya lingkungan kelas atau sekitar kelas hendaknya diusahan semaksimal mungkin untuk kondusif, sehingga mampu mendukung suksesnya proses belajar mengajar. Penggunaan berbagai metode agar siswa tidak bosan, di sisi lain, pembelajaran akan menyenangkan, siswa merasa senang dan tidak bosan karena metode yang bervariasi,metode yang bermacam-macam akan menjadikan suasana kelas terasa rilek dan tidak monoton. pada akhirnya guru mampu menguasai jalannya proses belajar mengajar. Metode yang bervariasi inilah yang membedakan pendidikan modern dan konvensional. Kecenderungan pendidikan konvensional menggunakan metode satu macam saja, sehingga sering menimbulkan kebosanan siswa.
Ketika, guru menerangkan hendaknya ada jeda waktu, yang gunanya adalah agar siswa punya waktu untuk bertanya dan mendiskusikan apa yang telah guru jelaskan. Di sisi lain, akan menambah siswa untuk konsentrasi terhadap apa yang terangkan guru. Membuat skenario untuk mensiasati pembelajaran agar siswa mampu mempergunakan seluruh tubuhnya untuk aktif dalam pembelajaran, sebab pembelajaran yang tidak mengikutkan seluruh tubuh siswa untuk aktif dalam pembelajaran akan menjadikan siswa terbentuk dan terdidik tidak sempurna. Pendidikan yang baik adalah yang, mampu mengembangkan seluruh potensi siswa sehingga mampu mencapai puncak maksimal dalam kecerdasannya.
Suasana kelas menjadi bermakna, ketika guru mencari inti dan tujuan utama dari materi yang akan di ajarkan, apa yang harus dikuasai siswa, apa yang ingin dicapai dalam pembelajaran itu. dan langkah yang dapat dilakukan seorang guru adalah menulis hal-hal utama yang nantinya akan dikuasai siswa, dan disarankan ditulis dengan kata kerja aktif. Sebagai guru, pernahkan kita sering menatap atau bertatap muka dengan siswa? Sebagai guru perlu juga membaur dengan siswa suatu saat kita jadi teman, lain waktu berperan sebagai orang tua, pada waktu berbeda guru dapat juga beroeran sebagai teman, sehingga ada kedekatan yang mampu membuat siswa makin kagum dan dekat dengan kita. Intinya kita hendaknya sering bertatap muka dengan siswa.
Mengajak siswa untuk kerjasama satu sama lain, dalam kerjasama perlu juga dibuat strategi yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan siswa lain penuh dengan rasa hormat. Perlu juga diperhatikan guru, terutama membangun dan menyiapkan skenario pembelajaran yang memungkinkan siswa berkeinginan besar untuk mendengar pendapat siswa lainnya. Merancang pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk berfikir kreatif, kritis dan menggunakan segala daya pikirannya untuk memecahkan suatu masalah atau membuat suatu ide kreatif, hal ini hendaknya selalu menjadi perhatian guru di kelas, agar kelas menjadi penuh makna bagi siswa. Pembiasaan berfikir kritis kreatif akan menjadikan siswa merasa menjadi siswa yang sesungguhnya, merasa dirinya diakui sebagai sosok yang berharga, mampu berbuat berfikir kreatif, dan kritis.
Sebelum masuk kelas, atau proses belajar mengajar berlangsung guru hendaknya menyiapkan ruang kelas agar tetap aman, kondusif, terasa rasa kekeluargaannya, keramahannya, sehingga siswa merasa aman dan tidak ada rasa was-was dan terintimidasi. Intinya lingkungan kelas atau sekitar kelas hendaknya diusahan semaksimal mungkin untuk kondusif, sehingga mampu mendukung suksesnya proses belajar mengajar. Hendaknya guru menggunakan berbagai metode agar siswa tidak bosan, di sisi lain, pembelajaran akan menyenangkan, siswa merasa senang dan tidak bosan karena metode bervariasi akan menjadikan suasana kelas terasa rilek dan tidak monoton. Ketika, guru menerangkan hendaknya ada jeda waktu, gunanya adalah agar siswa punya waktu untuk bertanya dan mendiskusikan apa yang telah guru jelaskan. Di sisi lain, akan menambah siswa untuk konsentrasi terhadap apa yang terangkan guru.
Membuat skenario untuk mensiasati pembelajaran agar siswa mampu mempergunakan seluruh tubuhnya untuk aktif dalam pembelajaran, sebab pembelajaran yang tidak mengikutkan seluruh tubuh siswa untuk aktif dalam pembelajaran akan menjadikan siswa terbentuk dan terdidik tidak sempurna. Pendidikan yang baik adalah yang, mampu mengembangkan seluruh potensi siswa sehingga mampu mencapai puncak maksimal dalam kecerdasannya. Karena pada dasarnya pendidikan bertujuan mengembangkan semua potensi anak secara maksimal baik jasmani maupun rohani.
Pembelajaran bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Pembelajaran bermakna sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki peserta didik dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan.
Cara Pembelajaran Bermakna dengan Menggunakan Peta Konsep :
1. Pilih suatu bacaan dari buku pelajaran
2. Tentukan konsep-konsep yang relevan
3. Urutkan konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh.
4. Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas mulai dari konsep yang paling inklusif di puncak konsep ke konsep yang tidak inklusif di bawah.
5. Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata penghubung sehingga menjadi sebuah peta konsep.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat relajar.
Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam sekema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat memperkembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri.
Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme. Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.
Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa.
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer, Progressive differensial, integrative reconciliation, dan consolidation.
Empat type belajar menurut Ausubel , yaitu:
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menmukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir , kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.
Menurut Elaine B.J keterkaitan yang mengarah kepada makna adalah jantung dari pengajaran dan pembelajaran kontektual, pada saat siswa mulai berfikir tentang pelajaran agama, ilmu pengetahuan social, IPA, Bahasa Inggris dengan kenyataan hidupnya, masyarakatnya, maka sebenarnya ia telah menapaki jalan menuju pembelajaran dan pengajaran yang menemukan makna. Keterkaitan antara teori dan konsep akademis yang miliki siswa dengan lingkungannya sehari-hari dari kehidupannya. Setelah siswa merasa menemukan makna dalam pembelajarannya ia akan bangkit dan terus berjuang sampai ia mendapatkan makna yang bermanfaat bagi dirinya, maka ia akan terus belajar dan belajar. Motivasi besar ini muncul dari manfaat yang telah ia terima dan rasakan ternyata konsep akademis yang ia terima di sekolah sesuai dengan kehidupannya sehari-hari.
Dalam bukunya,”Quantum learning,” Bobby De Porter menyimpulkan bahwa ketika seseorang bersemangat, gembira, dan tidak bosan dalam melakukan sesuatu pada dasarnya ia telah menemukan manfaat dan makna dari apa yang telah ia lakukan. Pembelajaran bermakna memberi manfaat secara langsung maupun tidak langsung kepada siswa, semakin banyak mengetahui manfaat, maka akan semakin besar antusias siswa untuk belajar, sebab dengan banyak belajar akan makin dekat dengan manfaat itu, akan makin senang melakukan pekerjaannya, jadi makin besar kita mengetahui manfaat sesuatu maka akan makin besar peluang untuk melakukan perbuatan itu, sebaliknya semakin sedikit mengetahui manfaat dari yang kita kerjakan maka akan makin sedikit semangat kita untuk melakukan hal itu. Ketika siswa tahu banyak akan manfaat dari sedekah maka siswa akan makin rajin untuk sedekah, demikian juga ketika siswa tahu akan manfaat olah raga maka siswa akan dengan senang hati untuk melakukan olah raga. Ketika seorang siswa tahu manfaat salat sunat maka siswa akan berlomba untuk melakukan salat sunat. Ketika siswa mengetahui manfaat menolong orang maka siswa akan terus berlomba untuk menolong orang.
Proses belajar tidak hanya menghafal, tetapi siswa harus membangun pengetahuan di pikirannya sendiri tanpa harus dipaksa. Siswa dalam pembelajaran harus mengalami sendiri dari apa yang dipelajarinya. Jadi siswa harus mencari sendiri, guru hanya memberi pengarahan, dan motivasi ektrinsik. Para ahli menyepakati bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tertata rapi sehingga menjadi suatu pemahaman dan pengetahuan yang mendalam, dalam arti pengetahuan yang ada pada diri seseorang terorganisir, sehingga menjadi pemahaman yang melekat. Di sisi lain, dalam cara memandang siswa hendaknya perlu kesadaran adanya keunikan dan keragaman setiap individu. Hendaknya siswa dibiasakan mengeluarkan ide-ide sendiri, memecahkan masalah,menemukan sesuatu yang mendukung bakat, minat dan manfaat bagi kehidupannya. Ketika ketrampilan makin tersusun dan bakatnya terus dikembangkan maka secara tidak langsung akan berpengaruh pada struktur otaknya, dengan demikian proses pembelajaran akan mampu mengubah struktur otaknya.
Guru memberi motivasi kepada siswa untuk membaca, menulis dan berfikir kritis dengan memfokuskan pada persoalan ditegah masyarakat yang up to date, kemudian guru membagi kelas menjadi beberapa kerlompok, mereka disuruh untuk melakukan penelitian perpustakaan, melakukan wawancara, mewawancarai nara sumber yang kompeten dibidangnya, siswa juga dapat mengambil data di lapangan, dengan menyertakan foto, gambar diagram, grafik kalau diperlukan, setelah para siswa menyelesaikan penelitian dengan jangka waktu yang disepakati antara guru dengan siswa, tiba saatnya untuk mendiskusikannya dan menyampaikan di depan kelas.
Dapat juga, siswa disuruh mencari kliping tentang kekerasan anak terhadap orang tua atau kedurhakaan anak terhadap orang tuanya di majalah dan Koran, kenudian menyuruh siswa untuk mengomentari dan menyimpulkannya sesuai pengetahuan yang didapat, atau dikomentari berdasarkan teori yang ia dapatkan dari sekolah. Seperti mengakiatkan dengan ajaran Islam, al-Quran dan Hadis Nabi. Banyak contoh–contoh pengaitan dalam pembelajaran bermakna yang dapat diterapkan di sekolah, untuk itu perlu kepiawian guru dalam mencari sebanyak mungkin materi yang dapat dikaitkan dengan peristiwa dalam kehidupan keseharian siswa.
Sebagai guru, pernahkan kita sering menatap atau bertatap muka dengan siswa? Sebagai guru perlu juga membaur dengan siswa suatu saat kita jadi teman, lain waktu berperan sebagai orang tua, pada waktu berbeda guru dapat juga beroeran sebagai teman, sehingga ada kedekatan yang mampu membuat siswa makin kagum dan dekat dengan kita. Intinya kita hendaknya sering bertatap muka dengan siswa. Mengajak siswa untuk kerjasama satu sama lain, dalam kerjasama perlu juga dibuat strategi yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan siswa lain penuh dengan rasa hormat. Perlu juga diperhatikan guru, terutama membangun dan menyiapkan skenario pembelajaran yang memungkinkan siswa berkeinginan besar untuk mendengar pendapat siswa lainnya.
Guru hendaknya merancang pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk berfikir kreatif, kritis dan menggunakan segala daya pikirannya untuk memecahkan suatu masalah atau membuat suatu ide kreatif, hal ini hendaknya selalu menjadi perhatian guru di kelas, agar kelas menjadi penuh makna bagi siswa. Pembiasaan berfikir kritis kreatif akan menjadikan siswa merasa menjadi siswa yang sesungguhnya, merasa dirinya diakui sebagai sosok yang berharga, mampu berbuat berfikir kreatif, dan kritis.
Sebelum masuk kelas, atau proses belajar mengajar berlangsung guru hendaknya menyiapkan ruang kelas agar tetap aman, kondusif, terasa rasa kekeluargaannya, keramahannya, sehingga siswa merasa aman dan tidak ada rasa was-was dan terintimidasi. Intinya lingkungan kelas atau sekitar kelas hendaknya diusahan semaksimal mungkin untuk kondusif, sehingga mampu mendukung suksesnya proses belajar mengajar. Penggunaan berbagai metode agar siswa tidak bosan, di sisi lain, pembelajaran akan menyenangkan, siswa merasa senang dan tidak bosan karena metode yang bervariasi,metode yang bermacam-macam akan menjadikan suasana kelas terasa rilek dan tidak monoton. pada akhirnya guru mampu menguasai jalannya proses belajar mengajar. Metode yang bervariasi inilah yang membedakan pendidikan modern dan konvensional. Kecenderungan pendidikan konvensional menggunakan metode satu macam saja, sehingga sering menimbulkan kebosanan siswa.
Ketika, guru menerangkan hendaknya ada jeda waktu, yang gunanya adalah agar siswa punya waktu untuk bertanya dan mendiskusikan apa yang telah guru jelaskan. Di sisi lain, akan menambah siswa untuk konsentrasi terhadap apa yang terangkan guru. Membuat skenario untuk mensiasati pembelajaran agar siswa mampu mempergunakan seluruh tubuhnya untuk aktif dalam pembelajaran, sebab pembelajaran yang tidak mengikutkan seluruh tubuh siswa untuk aktif dalam pembelajaran akan menjadikan siswa terbentuk dan terdidik tidak sempurna. Pendidikan yang baik adalah yang, mampu mengembangkan seluruh potensi siswa sehingga mampu mencapai puncak maksimal dalam kecerdasannya.
Suasana kelas menjadi bermakna, ketika guru mencari inti dan tujuan utama dari materi yang akan di ajarkan, apa yang harus dikuasai siswa, apa yang ingin dicapai dalam pembelajaran itu. dan langkah yang dapat dilakukan seorang guru adalah menulis hal-hal utama yang nantinya akan dikuasai siswa, dan disarankan ditulis dengan kata kerja aktif. Sebagai guru, pernahkan kita sering menatap atau bertatap muka dengan siswa? Sebagai guru perlu juga membaur dengan siswa suatu saat kita jadi teman, lain waktu berperan sebagai orang tua, pada waktu berbeda guru dapat juga beroeran sebagai teman, sehingga ada kedekatan yang mampu membuat siswa makin kagum dan dekat dengan kita. Intinya kita hendaknya sering bertatap muka dengan siswa.
Mengajak siswa untuk kerjasama satu sama lain, dalam kerjasama perlu juga dibuat strategi yang memungkinkan siswa berinteraksi dengan siswa lain penuh dengan rasa hormat. Perlu juga diperhatikan guru, terutama membangun dan menyiapkan skenario pembelajaran yang memungkinkan siswa berkeinginan besar untuk mendengar pendapat siswa lainnya. Merancang pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk berfikir kreatif, kritis dan menggunakan segala daya pikirannya untuk memecahkan suatu masalah atau membuat suatu ide kreatif, hal ini hendaknya selalu menjadi perhatian guru di kelas, agar kelas menjadi penuh makna bagi siswa. Pembiasaan berfikir kritis kreatif akan menjadikan siswa merasa menjadi siswa yang sesungguhnya, merasa dirinya diakui sebagai sosok yang berharga, mampu berbuat berfikir kreatif, dan kritis.
Sebelum masuk kelas, atau proses belajar mengajar berlangsung guru hendaknya menyiapkan ruang kelas agar tetap aman, kondusif, terasa rasa kekeluargaannya, keramahannya, sehingga siswa merasa aman dan tidak ada rasa was-was dan terintimidasi. Intinya lingkungan kelas atau sekitar kelas hendaknya diusahan semaksimal mungkin untuk kondusif, sehingga mampu mendukung suksesnya proses belajar mengajar. Hendaknya guru menggunakan berbagai metode agar siswa tidak bosan, di sisi lain, pembelajaran akan menyenangkan, siswa merasa senang dan tidak bosan karena metode bervariasi akan menjadikan suasana kelas terasa rilek dan tidak monoton. Ketika, guru menerangkan hendaknya ada jeda waktu, gunanya adalah agar siswa punya waktu untuk bertanya dan mendiskusikan apa yang telah guru jelaskan. Di sisi lain, akan menambah siswa untuk konsentrasi terhadap apa yang terangkan guru.
Membuat skenario untuk mensiasati pembelajaran agar siswa mampu mempergunakan seluruh tubuhnya untuk aktif dalam pembelajaran, sebab pembelajaran yang tidak mengikutkan seluruh tubuh siswa untuk aktif dalam pembelajaran akan menjadikan siswa terbentuk dan terdidik tidak sempurna. Pendidikan yang baik adalah yang, mampu mengembangkan seluruh potensi siswa sehingga mampu mencapai puncak maksimal dalam kecerdasannya. Karena pada dasarnya pendidikan bertujuan mengembangkan semua potensi anak secara maksimal baik jasmani maupun rohani.