Thursday 17 November 2011

Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Pengajaran khususnya dalam pendidikan jasmani dapat dipandang sebagai seni dan ilmu (art and science). Sebagai seni, pengajaran hendaknya dipandang sebagai proses yang menuntut intuisi, kreativitas, improviasi, dan ekspresi dari guru. Ini berarti guru memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan dan tindakan proses pembelajaran selama dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan pandangan hidup dan etika yang berlaku. Jadi guru tidak harus selalu terpaku dan terikat formula ilmu mengajar. 

  Pengajaran dapat disebut sebagai ilmu apabila memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1. Memiliki daya ramal dan kontrol terhadap pencapaian prestasi belajar siswa
2. Dapat dievaluasi secara sistematik dan dapat dipecah menjadi rangkaian kegiatan yang dapat dikuasai (Siedentop, 1976).
3. Mengandung pemahaman tentang tingkah laku manusia, pengubahan tingkah laku, rancangan pembelajaran, penyampaian dan manajemen (Siedentop, 1976).
4. Berkaitan erat dengan prinsip belajar seperti kesiapan, motivasi, latihan, umpan balik, dan kemajuan seta urutan (Siedentop, 1976).
5. Dimungkinkannya untuk mengkaji pengajaran dari sudut keilmuan (Siedentop, 1976).

Menurut pendapat Siedentop (di Bucher, 1988:550) pengajaran dapat dan harus dapat dipelajari dari sisi teori ilmiah untuk mengembangkan teori pengajaran. Walaupun proses untuk membentuk teori pengajaran pendidikan jasmani merupakan perjalanan yang panjang, namun upaya untuk memahami tentang proses pengajaran merupakan arah yang harus dituju, selama “body of knowledge” tentang pengajaran belum mapan, atau selama pengajaran cenderung merupakan seni, maka perilaku guru dalam pengajaran akan menjadi tetap menarik untuk dikaji oleh pengamat tingkah laku setiap saat.

Tujuan utama pengajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar adalah memantau peserta didik agar meningkatkan keterampilan gerak mereka, disamping agar mereka merasa senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Diharapkan apabila mereka memiliki pondasi pengembangan keterampilan gerak, pemahaman kognitif, dan sikap yang positif terhadap aktivitas jasmani kelak akan menjadi manusia dewasa yang sehat dan segar jasmani dan rohani serta kepribadian yang mantap.

Bagaimana seorang guru (kelas) dapat mengajarkan pendidikan jasmani dengan sukses dalam situasi keterbatasan dan perbedaan kondisi tersebut di atas? Model pengajaran yang tradisional yang sangat bergantung dari tersedianya sarana dan prasarana serta bersifat linier dalam arti tidak leluasa untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat saat itu karena tertumpu pada satu acuan pendekatan mentradisi. Pengajaran reflektif mencakup pengertian guru yang sukses atau efektif dalam arti tercapainya kepuasan profesional. Pendekatan pengajaran refleksi menekankan pada kreatifitas penumbuhan kondisi pembelajaran yang kondusif melalui penerapan berbagai keterampilan pengajaran yang disesuaikan dengan situasi (lingkungan) tertentu.
   Pengertian pengajaran reflektif tidak menunjuk salah satu metodologi atau model pengajaran tertentu, namun ia menunjuk pada berbagai keterampilan mengajar yang diadaptasikan secara tepat oleh guru dalam proses belajar mengajar. Guru yang reflektif selalu melakukan penilaian terhadap lingkungan sekitar dalam upaya mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai unsur-unsur secara optimum, guru tersebut memanfaatkan berbagai unsur tersebut secara optimum, guru tersebut kemudian membuat rencana proses pengajarannya.
   Pengajaran reflektif ini berbeda dengan pengajaran tradisional atau pengajaran “invariant” yang diberi ciri dengan penggunaan satu metode dalam berbagai situasi pengajaran. Kategori model yang dikemukakan oleh Mosston (1966), sebagai contoh, dapat diterapkan selama model kategori itu sesuai dengan tuntutan kegiatan-kegiatan dan kebutuhan situasional saat itu.

Kemajuan Didasarkan pada kondisi faktor:
   (1) irama dan tingkat perkembangan,
(2) kebutuhan keterampilan,  
(3) perhatian dalam topik atau aktivitas.


   Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Dari literatur diperoleh gambaran tentang model pengajaran pendidikan jasmani. Beberapa tahun terakhir ini dikembangkan berbagai model pengajaran pendidikan jasmani dan diterapkan dengan berhasil di lapangan. Beberapa model pengajaran tersebut dikemukakan oleh Siedentop, Mand, dan Taggart (1986) sebagai berikut:
1) Pengajaran langsung/perintah (Direct instruction)
2) Pengajaran tugas / pos (Task/station teaching)
3) Pengajaran berpasangan kelompok (Reciprocal/group teaching)
4) Pengajaran sistem kontrak (Personalyzed system of Instruction (PSI)/Mastery Teaching)
5) Manajemen Kontingensi (Contingensi Management)

       Salah satu spectrum model pengajaran lain juga dikemukakan Mosston (1996).
   Model Mosston ini didasarkan atas asumsi bahwa keputusan terhadap proses dan produk pengajaran hendaknya bergeser dari pengajaran terpusat pada guru ke terpusat pada anak, dari siswa terikat menjadi siswa bebas (aktif). Mosston mengklasifikasi model pengajaran berdasarkan hasil analisa siapa yang membuat keputusan. Klasifikasi model pengajaran tersebut adalah sebagai berikut:

1.Gaya Komando
1. Anatomi Gaya Komando
 Dalam setiap anatomi gaya, Mosston meninjau dari tiga perangkat keputusan: pra-
   pertemuan, selama pertemuan berlangsung, dan pasca pertemuan.
2. Sasaran Gaya Komando
a. Bagian ini akan merinci peranan guru, peranan siswa dan hasil yang dicapai karena penggunaan gaya yang diuraikan.
b. Dengan menggunakan gaya komando, maka sasaran yang dicapai akan melibatkan siswa yang akan mengikuti petunjuk-petunjuk guru, dengan sasaran-sasaran sebagai berikut:
(1) Respons langsung terhadap petunjuk yang diberikan
(2) Penampilan yang sama / seragam
(3) Penampilan yang disinkronkan
(4) Penyesuaian
(5) Mengikuti model yang telah ditentukan
(6) Mereproduksi model
(7) Ketepatan dan kecermatan respons
(8) Meneruskan kegiatan dan tradisi kultural
(9) Mempertahankan tingkat estetika
(10) Meningkatkan semangat kelompok
(11) Penggunaan waktu secara efisien
(12) Pengawasan keamanan
3. Menyusun Pelajaran Gaya Komando
a. Semua keputusan pra-pertemuan dibuat oleh guru
(1) Pokok bahasan
(2) Tugas-tugas
(3) Organisasi
(4) Dan lain-lain
b. Semua keputusan selama pertemuan berlangsung dibuat oleh guru:
(1) Penjelasan peranan guru dan siswa
(2) Penyampaian pokok bahasan
(3) Penjelasan prosedur organisasi
(a) Regu, kelompok
(b) Penempatan dalam wilayah kegiatan
(c) Perintah yang harus diikuti
(4) Urutan kegiatan
(a) Peragaan
(b) Penjelasan
(c) Pelaksanaan
(d) Penilaian

4. Implikasi Penggunaan Gaya Komando
a. Standar penampilan sudah mantap dan pada umumnya satu model untuk satu tugas.
b. Pokok bahasan dipelajari secara meniru dan mengingat melalui penampilan.
c. Pokok bahasan dipilih-pilah menjadi bagian-bagian yang dapat ditiru.
d. Tidak ada perbedaan individual diharapkan menirukan model.

5. Unsur-unsur Khas dalam Pelajaran dengan Gaya Komando
a. Semua keputusan dibuat oleh guru
b. Menuruti petunjuk dan melaksanakan tugas merupakan kegiatan utama dari siswa.
c. Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi.
d. Dapat membuat siswa merasa terlibat dan termotivasi
e. Mengembangkan perilaku berdisiplin karena prosedur yang telah ditetapkan.
6. Saluran-saluran Pengembangan Gaya Komando
a. Menurut Mosston, selama masa belajar-mengajar, setiap orang memperoleh kesempatan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, sosial, emosional, dan kognitifnya.
b. Mosston berbicara tentang empat saluran perkembangan:
1) Saluran fisik meningkatkan dengan pesat selama menggunakan Gaya Komando.
2) Saluran sosial-terbatas
3) Saluran emosional terbatas
4) Saluran kognitif terbatas.



2.Gaya Latihan
1. Dalam Gaya Latihan, ada beberapa keputusan selama pertemuan berlangsung yang dipindahkan dari guru ke siswa. Pergeseran keputusan ini memberi peranan dan perangkat tanggung jawab baru kepada siswa.

2. Sasaran Gaya Latihan
Sasaran gaya latihan berbeda dari sasaran gaya komando, dalam hubungannya dengan perilaku guru dan peranan siswa. Sasaran yang berhubungan dengan tugas penampilan adalah :
a. Berlatih tugas-tugas yang telah diberikan sebagaimana yang telah didemonstrasikan dan dijelaskan.
b. Memperagakan/mendemonstrasikan tugas penampilan yang diberikan.
c. Lamanya waktu latihan berkaitan dengan kecakapan penampilan
d. Memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang hasil (balikan) yang diberikan guru dalam berbagai bentuk.
3. Peranan Guru dan Siswa
a. Siswa membuat keputusan selama pertemuan berlangsung mengenai:
1) Sikap (postur)
2) Tempat
3) Urutan pelaksanaan tugas
4) Waktu untuk memulai tugas
5) Kecepatan dan irama
6) Waktu berhenti
7) Waktu sela di antara tugas-tugas
Memprakarsai pertanyaan-pertanyaan.
b. Peranan guru sedikit berubah dari Gaya Komando untuk menjadi Gaya Latihan
1) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri
2) Memberi balikan secara pribadi kepada siswa
3) Memiliki kesempatan untuk meningkatkan interaksi individual dengan setiap siswa.
4) Harus memberi kesempatan kepada siswa untuk menyesuaikan diri dengan peranan baru mereka.
4. Implikasi Gaya Latihan
a. Satu-satunya keputusan siswa dalam Gaya Komando adalah untuk bergerak sesuai dengan petunjuk. Dalam episode-episode Gaya Latihan, siswa harus:
1) Mengenal / mengetahui yang diharapkan dari kelas,
2) Menerima pemberian tugas,
3) Membuat keputusan sambil menjalankan tugas
4) Menerima balikan
b. Sekarang disediakan waktu bagi siswa untuk mengatur: kapan memulai, kapan berhenti, waktu sela antara tugas-tugas.
c. Siklus kegiatan adalah:
1) Pencapaian tugas oleh guru (peragaan, penjelasan)
2) Pelaksanaan tugas oleh siswa,
3) Pengamatan dan penilaian oleh guru (umpan balik).
d. Peranan baru siswa, keputusan-keputusan dan peranan guru harus dijelaskan di kelas.
1) Karena perubahan dari perintah ke latihan, maka siswa perlu memahami peranan mereka dan meyakininya oleh guru.
2) Perubahan menimbulkan ketegangan dan kadang-kadang ketidakpastian, jadi harus diusahakan agar siswa merasa enak dengan tanggung jawab baru mereka.
3) Gaya Latihan mungkin perlu dimulai dengan memakai satu tugas saja dan menambah waktu bagi siswa untuk mengambil keputusan dalam beberapa jam pelajaran. Dengan demikian mereka berkesempatan untuk menyesuaikan diri dengan peranan baru mereka.
5. Pemilihan Pokok Bahasan dan Desain Gaya Latihan

   Jenis-jenis kegiatan yang dapat dipakai dalam Gaya Latihan ini adalah:
a. Tugas-tugas tetap yang dapat dilaksanakan menurut suatu model khusus.
b. Dapat dinilai dengan kriteria benar dan tidak benar, dan pengetahuan tentang hasil-hasil.


3.Gaya Resiprokal
Dalam gaya mengajar resiprokal, tanggung jawab memberikan umpan balik bergeser dari guru ke teman sebaya. Pergeseran peranan ini memungkinkan:
1. Peningkatan interaksi sosial antara teman sebaya dan
2. Umpan balik langsung.

1. Anatomi Gaya Resiprokal
Di dalam perangkat keputusan sebelum pertemuan. Pengadaan umpan balik langsung digeser kepada seorang pengamat (a)
a. Kelas diatur berpasangan dengan peranan-peranan khusus untuk setiap partner.
1) Salah satu dari pasangan adalah “pelaku” (p)
2) Lainnya menjadi pengamat (a)
3) Guru (G) memegang peranan khusus untuk berkomunikasi dengan pengamat.
4) Peranan pelaku sama seperti dalam Gaya Latihan
5) Peranan pengamat adalah memberikan umpan balik kepada pelaku dan berkomunikasi dengan guru.
6) Guru mengamati baik “p” maupun “a” tetapi hanya berkomunikasi dengan “a”.
- Guru membuat semua keputusan sebelum pertemuan.
- Pelaku membuat keputusan selama pertemuan
- Pengamat membuat keputusan umpan balik sesudah pertemuan

2. Sasaran Gaya Resiprokal
Sasaran gaya resiprokal ini berhubungan dengan tugas dan peranan murid.
a. Tugas (pokok Bahasan)
1) Memberi kesempatan untuk latihan berulang kali dengan seorang pengamat.
2) Murid menerima umpan balik langsung
3) Sebagai pengamat, murid memperoleh pengetahuan mengenai penampilan tugas.

b. Peranan siswa
1) Memberi dan menerima umpan balik
2) Mengamati penampilan teman, membandingkan dan mempertentangkan dengan kriteria yang ada, menyampaikan hasilnya kepada pelaku.
3) Menumbuhkan kesabaran dan toleransi terhadap kawan.
4) Memberikan umpan balik.

3. Pelaksanaannya Gaya Resiprokal
a. Dalam gaya resiprokal ada tuntutan-tuntutan baru bagi guru dan pengamat.
1) Guru harus menggeser umpan balik kepada siswa (a)
2) Pengamat harus belajar bersikap positif dan memberi umpan balik.
3) Pelaku harus belajar menerima umpan balik dari teman sebaya
- ini memerlukan adanya rasa percaya
b. Keputusan-keputusan
1) Sebelum pertemuan:
- Guru menambahkan lembaran desain kriteria kepada pengamat untuk dipakai dalam gaya ini.
2) Selama pertemuan:
a). Guru menjelaskan peranan-peranan baru dari pelaku (p) dan pengamat (a).
b). Perhatian bahwa pelaku berkomunikasi dengan pengamat dan bukan dengan guru.
c). Jelaskan bahwa peranan pengamat adalah untuk menyampaikan umpan balik berdasarkan kriteria yang terdapat dalam lembaran yang diberikan.
3) Sesudah pertemuan:
a). Menerima kriteria
b). Mengamati penampilan pelaku
c). Membandingkan dan mempertentangkan penampilan dengan kriteria yang diberikan.
d). Menyimpulkan apakah mengenai penampilan benar atau salah.
e). Menyampaikan hal-hal mengenai penampilannya kepada pelaku.
4) Peranan guru adalah :
a. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pengamat.
b. Berkomunikasi dengan pengamat saja.
(1) Ini memungkinkan timbulnya saling percaya antara pelaku dan pengamat.
(2) Komunikasi guru dengan pelaku akan mengurangi peranan pengamat.
5) Pada waktu tugas telah terlaksana, pelaku dan pengamat berganti peranan.
6) Proses pemilihan partner dan pemantauan keberhasilan proses adalah penting.
7) Guru bebas untuk mengamati banyak siswa selama pelajaran berlangsung.
4. Pertimbangan-pertimbangan khusus untuk Gaya Resiprokal
Interaksi antara guru dan pengamat:
a. Pengamat harus dianjurkan untuk berkomunikasi menurut kriteria yang telah disusun.
b. Pastikan bahwa pengamat memberikan umpan balik yang akurat yang berhubungan dengan kriteria.
1) Seringkali pengamat terlalu kritis dan harus belajar mengikuti kriteria yang telah ditentukan.
2) Guru perlu menekankan tanggung jawab positif dari pengamat.
3) Guru perlu membantu pelaku dan pengamat untuk berkomunikasi.
c. Pada akhir beberapa pelajaran pertama dengan menggunakan Gaya C, guru harus meninjau kembali penampilan para pengamat dan menekankan perubahan-perubahan yang perlu diadakan dalam perilaku mereka.
d. Teknik untuk mengatur kelas dalam pasangan-pasangan. Apakah Anda dapat memberikan beberapa contoh?
e. Dalam beberapa pelajaran pertama dengan menggunakan Gaya C ini sasarannya akan memerlukan pemusatan perhatian pada penerimaan siswa terhadap peranan pelaku dan pengamat.
f. Kelompok kecil yang terdiri dari dua orang juga dapat memakai gaya ini.
1) Dalam kelompok-kelompok ini mungkin ada pencatat, pemberi nilai atau pengawas.
(2) Peranan pelaku dan pengamat tidak berubah, tetapi setiap siswa dalam kelompok yang lebih besar menerima peranan-peranan ini secara bergantian.
(3) Kekurangan peralatan, ruang atau jumlah siswa yang besar menyebabkan perlunya penggunaan lebih dari dua siswa dalam kasus ini.


4.Gaya Periksa Sendiri
Dalam Gaya Periksa Sendiri (self check), lebih banyak keputusan yang digeser ke siswa. Kepada siswa diberikan keputusan sesudah pertemuan, untuk menilai penampilannya.
1. Anatomi Gaya Periksa Sendiri
Dalam gaya ini, keputusan-keputusan dibuat seperti dalam Gaya Latihan, dan kemudian keputusan sesudah pertemuan, untuk diri mereka sendiri. Siswa menyamakan dan membandingkan penampilan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh guru.
2. Peranan Siswa
a. Menilai penampilan sendiri.
b. Menerapkan kriteria untuk memperbaiki penampilannya
c. Belajar bersikap objektif terhadap penampilannya
d. Membuat keputusan baru dalam bagian, selama dan sesudah pertemuan berlangsung. Guru membuat keputusan sebelum pertemuan berlangsung.

3. Penerapan Gaya Periksa Sendiri
Gaya memungkinkan siswa menjadi lebih mandiri dalam melaksanakan tugasnya. Keputusan dari Gaya Latihan dipertahankan, dan keputusan tentang penilaian dalam Gaya Resiprokal bergeser dari mengamati teman sebaya ke mengamati diri sendiri.
a. Dalam gaya ini, siswa menjalankan tugas dengan menyamakan dan membandingkannya dengan kriteria yang telah ditentukan oleh guru. Hal ini merupakan tanggung jawab baru bagi siswa, untuk menganalisis dan menilai tugasnya.
b. Keputusan sebelum pertemuan
Guru membuat keputusan ini menyusun lembaran kriteria.
c. Keputusan pada saat pertemuan berlangsung

   Peranan guru di sini adalah:
1) Mengawasi pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa
2) Mengawasi penggunaan lembaran kriteria
3) Mengadakan pembicaraan secara perorangan mengenai kecakapan dan ketepatan dalam menggunakan proses periksa sendiri.
4) Di akhir pertemuan, berikan umpan balik secara umum.


4. Implikasi Gaya Periksa Sendiri
a. Guru mendorong kemandirian siswa
b. Guru mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk memantau diri sendiri,
c. Guru mempercayai siswa,
d. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berpusat pada proses periksa sendiri dan pelaksanaan tugas,
e. Siswa belajar sendiri,
f. Siswa mengenali keterbatasan, keberhasilan dan kegagalannya sendiri.
g. Siswa memakai umpan balik dari periksa sendiri untuk berusaha memperbaikinya.



5. Gaya Cakupan / Inklusi
Gaya mengajar “Inklusi” (cakupan) memperkenalkan berbagai tingkat tugas. Sementara gaya komando sampai dengan gaya periksa sendiri menunjukkan suatu standar tunggal dari penampilan, maka gaya ”inclusion” memberikan tugas yang berbeda-beda. Dalam gaya ini, siswa didorong untuk menentukan tingkat penampilannya

a. Peranan Guru
1) Membuat keputusan-keputusan pra-pertemuan.
2) Harus merencanakan seperangkat tugas-tugas dalam berbagai tingkat kesulitan, yang disesuaikan dengan perbedaan individu dan yang memungkinkan siswa untuk beranjak dari tugas yang mudah ke tugas yang sulit.
b. Keputusan-keputusan Siswa
1) Memilih tugas yang telah tersedia,
2) Melakukan penafsiran sendiri dan memilih tugas awalnya
3) Siswa mencoba tugasnya
4) Sekarang siswa menentukan untuk mengulang, memilih tugas yang lebih sulit atau lebih mudah, berdasarkan berhasil atau tidaknya dengan tugas awal.
5) Mencoba tugas berikutnya
6) Siswa menilai / menaksir hasil-hasilnya.
Prosesnya dilanjutkan.

2. Sasaran Gaya Inklusi
a. Melibatkan semua siswa,
b. Penyesuaian terhadap perbedaan individu,
c. Memberi kesempatan untuk memulai sesuai dengan kemampuan sendiri.
d. Memberi kesempatan untuk mulai bekerja dengan tugas yang ringan ke tugas yang berat, sesuai dengan tingkat kemampuan tiap siswa,
e. Belajar melihat hubungan antara kemampuan untuk merasakan dan tugas apa yang dapat dilakukan oleh siswa.
f. Individualisasi dimungkinkan karena memilih di antara alternatif tingkat tugas yang telah disediakan

3. Pelaksanaan Gaya Inklusi
a. Menjelaskan gaya ini kepada siswa
b. Satu demonstrasi dengan menggunakan tali yang miring akan memberikan ilustrasi yang sangat baik,
c. Siswa disuruh memulai,
d. Memberi umpan balik kepada siswa tentang peranan siswa dalam pengambilan keputusan, dan bukan penampilan tugas.
1) Tanyakan bagaimana mereka memilih tugas-tugas ini.
2) Fokuskan perhatian pada penggunaan umpan balik yang netral, agar siswa dapat mengambil keputusan tentang tingkat tugas yang sesuai dengan kemampuannya.
3) Amati kesalahan-kesalahan dalam penampilan siswa dan kriteria untuk penampilan dalam tugasnya.

4. Implikasi Gaya Inklusi
a. Salah satu keuntungan yang sangat penting dari gaya ini adalah memperhatikan perbedaan individu, dan memperhatikan kemungkinan untuk lebih maju dan berhasil.
b. Memungkinkan siswa untuk melihat ketidaksamaan antara aspirasi atau pengetahuan mereka dengan kenyataan. Mereka akan belajar untuk mengurangi kesenjangan antara kedua hal ini.
c. Fokus perhatian ditujukan kepada individu dan apa yang dapat dilakukannya daripada membandingkannya dengan yang lain.
d. Siswa mengembangkan konsep mereka sendiri, yang berkaitan dengan penampilan fisik.
5. Memilih dan Merancang Pokok Bahasan
Konsep tentang tingkat kesulitan:
Tugas-tugas yang dipilih harus dimulai dari yang sederhana ke yang lebih unik, dengan setiap tugas mempunyai tingkat kesulitan yang ditambahkan.



6. Gaya Penemuan Terpimpin
Gaya penemuan Terpimpin ini disusun sedemikian rupa, sehingga guru harus menyusun serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang menurut adanya serangkaian jawaban-jawaban yang disusun guru ini hanya ada satu jawaban saja yang dianggap benar. Rangkaian pertanyaan-pertanyaan tersebut harus menghasilkan serangkaian jawaban-jawaban yang mengarah kepada penemuan konsep-konsep, prinsip atau gagasan-gagasan.

1. Anatomi Gaya Penemuan Terpimpin
a. Keputusan pada pra-pertemuan yang dibuat oleh guru akan memusatkan perhatian pada pengembangan pertanyaan secara cermat yang akan mengarahkan siswa kepada penemuan informasi yang bersifat khusus.
b. Selama pertemuan berlangsung, siswa membuat keputusan yang menyangkut pokok bahasan, dalam usahanya untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
c. Pada pasca pertemuan, guru mengukuhkan atau mengarahkan kembar jawaban siswa terhadap pertanyaan yang telah diajukan.

2. Sasaran Gaya Penemuan Terpimpin
Sasaran dari gaya ini adalah,
a. Melibatkan siswa dalam proses penemuan yang konvergen.
b. Mengembangkan hubungan yang serasi dan tepat antara jawaban siswa dengan pertanyaan yang diajukan oleh guru.
c. Mengembangkan keterampilan untuk menemukan jawaban yang berurut, yang akan menuju kepada menemukan suatu konsep.
d. Mengembangkan kesabaran guru dan siswa, karena sifat sabar sangat diperlukan dalam proses penemuan.

3. Penerapan Penemuan Terpimpin
a. Dalam menyusun pertanyaan bagi siswa, guru harus mengenali prinsip, gagasan, atau konsep yang akan ditemukan. Kemudian guru menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan membawa siswa ke rangkaian tanggapan yang menuju kepada gagasan tersebut. Untuk hal ini perlu dimulai dari jawaban akhir, terus mundur sampai kepada pertanyaan.
b Dalam situasi mengajar yang sesungguhnya, guru harus mengikuti prosedur berikut:
(1) Menyampaikan pertanyaan sesuai dengan susunan.
(2) Beri waktu untuk jawaban dari siswa
(3) Berikan umpan balik (netral atau menilai) mengarahkannya lagi.
(4) Ajukan pertanyaan berikutnya
(5) Jangan berikan jawaban
(6) Bersikap sabar dan menerima
c. Merencanakan:
1) Mengenali pokok bahasan yang khusus
2) Menentukan urutan langkah-langkah (pertanyaan dan petunjuk) menuju ke hasil akhir.
a) Setiap langkah didasarkan atas jawaban sebelumnya.
b) Perlu mengharapkan kemungkinan jawaban yang akan diberikan oleh siswa, dan mengarahkan kembali jawaban yang tidak tepat.
d. Yang harus dilakukan dengan jawaban yang tidak benar:
1) Ulangi pertanyaan / petunjuknya. Kalau masih salah, ajukan pertanyaan lain yang menguatkan / menjabarkannya.
2) Beri waktu kepada siswa untuk memikirkan jawaban.
4. Implikasi Penemuan Terpimpin
a. Gaya ini menuntut guru untuk menyediakan waktunya untuk menyusun Pertanyaan-pertanyaan yang memaksa siswa untuk berpikir.
b. Tanggung jawab untuk menemukan merupakan kegiatan utama dari siswa.
c. Siswa memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan tanggung jawab baru ini.
5. Pokok Bahasan
a. Jenis-jenis informasi yang perlu ditemukan adalah: konsep, prinsip, kaidah, hubungan, bagaimana, mengapa, dan batasan-batasan.
b. Topik tidak boleh diketahui siswa sebelumnya, kalau tidak, siswa tidak akan memperoleh penemuan.
c. Episode-episode dari gaya ini bisa dipakai untuk yang lain bisa juga dipakai pada waktu memberi umpan balik kepada masing-masing siswa.
d. Yang paling baik adalah episode yang pendek.
e. Ada baiknya menyusun pertanyaan-pertanyaan tersebut sedemikian rupa, sehingga siswa harus mengerjakan jawabannya secara fisik. Dengan demikian, siswa bisa memakai gerakan sebagai media penemuan.



7. Gaya Divergen
Gaya mengajar Divergen merupakan suatu bentuk pemecahan masalah. Dalam gaya ini siswa memperoleh kesempatan untuk mengambil keputusan mengenai suatu tugas yang khusus di dalam pokok bahasan. Gaya ini memungkinkan jawaban-jawaban pilihan. Ini berbeda dengan gaya Penemuan Terpimpin, yang pertanyaan-pertanyaannya disusun untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang konvergen.

Gaya ini disusun sedemikian rupa sehingga suatu masalah pertanyaan atau situasi yang dihadapkan kepada siswa akan memerlukan pemecahan. Rancangan-rancangan yang diberikan akan membimbing siswa untuk memenuhi pemecahan atau jawaban secara individual.


1. Anatomi Gaya Divergen

a. Pra-Pertemuan
Guru membuat tiga keputusan utama:
1) Pokok bahasan umum
2) Pokok bahasan khusus yang berpusat pada episode
3) Menyusun masalah khusus untuk memperoleh jawaban ganda dan pemecahan yang divergen.
b. Saat Pertemuan
1) Siswa menentukan jawaban dari masalah
2) Dalam perangkat selama pertemuan berlangsung ini, siswa mengambil keputusan-keputusan yang menyangkit hal-hal khusus dalam pokok bahasan, yang menanggapi masalah yang diajukan oleh guru.
c. Pasca-Pertemuan
1) Siswa menilai pemecahan yang telah ditemukan
2) Pemeriksaan (verifikasi) mencakup membandingkan pemecahan dengan masalah yang dirumuskan oleh guru.

2. Sasaran Gaya Divergen
a. Mendorong siswa untuk menemukan pemecahan ganda melalui pertimbangan-pertimbangan kognitif.
b. Mengembangkan “wawasan” (insight) ke dalam struktur kegiatan dan menemukan variasi-variasi.
c. Memungkinkan siswa untuk bebas dari guru dan melampaui jawaban-jawaban yang diharapkan.
d. Mengembangkan kemampuan untuk memeriksa dan menganalisis pemecahan-pemecahannya.

3. Penerapan gaya Divergen
a. Mula-mula, mungkin perlu menyakinkan siswa bahwa gagasan dan pemecahan mereka akan diterima. Seringkali siswa sudah terbiasa dengan mereka diberitahu tentang apa yang harus mereka lakukan, dan tidak diperkenankan untuk menemukan sendiri jawaban-jawaban yang benar.
b. Pada waktu siswa bekerja mencari pemecahan, guru harus mengawasi dan menunggu untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menyusun jawaban-jawaban mereka.
1) Umpan balik harus dapat membimbing siswa kepada masalah untuk menentukan jawaban yang tepat.
2) Guru harus menahan diri untuk tidak memilih jawaban-jawaban tertentu sebagai contoh. Sebab itu akan mendorong penjiplakan dan bukan pemecahan masalah secara individual.